Tema: “Pers Sebagai
Pahlawan”
#
Great3rdCOMPETITIONFEUNJ
Acara begitu ramai, mereka begitu
kagum oleh salah satu seorang Puisi yang bernama Aldi. Seorang sekaligus lebih
banyak mengeluarkan beberapa kata-kata dalam bentuk puisi. Puisi dari hatinya
sendiri, atau puisi di kehidupan sosial. Dari mereka, lebih banyak menyukai
puisi Aldi yang lebih banyak membicarakan tentang Sosial. Kemiskinan,
Pengangguran, atau angka kematian dalam hidup.
“Oke! Ini salah satu karya kumpulan
puisi yang berjudul ‘Tempat dan Panjang’. Boleh diceritakan sendiri maksud dari
arti itu, dan kenapa judulnya seperti itu?” ucap seorang Pemandu Acara. Seorang
wanita memakai kacamata dan rok hitam setengah lutut beserta T-shirt putih.
mic itu mulai ditempelkan di
bagian bawah bibirnya. Menjelaskan buku Puisi yang baru diterbitkan satu bulan
yang lalu. Namun baru hari ini, Aldi diundang dalam sebuah Talk Show Sastra di kota Surabaya. Khusus untuknya yang banyak
sekali orang terkagum-kagum dengannya, seorang Penyair Puisi yang selalu dibaca
lewat radio oleh penyiar, dan diteribkan di surat kabar maupun di website blog
Aldi sendiri. Sosok Aldi yang bertampang senyum manis itu baru saja lulus
sekolah SMA. Semenjak kelas 3 SMP ia mengetahui sebuah puisi, lalu di kelas
pertama SMA Aldi mulai merambah di dunia penulisan Puisi.
“Jadi buku itu menceritakan sosok saya sendiri. Saya punya tempat yang
tidak pernah saya sadari. Nah, yang tidak sadarnya itu, saya punya tempat hidup
yang begitu panjang. Ciri-cirinya kayak puisi ‘Menjelas Arti’, di bagian
halaman lima. Itu dijelaskan bagaimana ciri-ciri cinta menurut manusia diluar
sana. Karena bagi kita sendiri, kita masih bingung walaupun kita sudah jalanin
sama pasangan kita. Dan itu salah satu tempat
hidup yang panjang, ya itu, Cinta bagi mereka yang menjalankan. Juga
yang saya jalankan.”
Sudah dua buku puisi yang sudah
diterbitkan. Sebagai penulis puisi produktif, kepingan hidup selalu Aldi cari
untuk mendukung puisi-puisi yang terus dibuatnya. Puisi yang selalu ingin dia
jadikan hidup sebagai dunia bagi orang-orang yang merasakan keresahan lewat
bentuk Syair puisi.
_____
“Mas,
Aldi. Boleh minta waktu untuk wawancara mengenai buku puisi terbaru Mas?”
seorang wartawan yang menunjukkan kartu Pers Media Indonesia itu menepuk pundak
Aldi dari belakang. Lantas, Aldi tersenyum. Terbuka kepada wartawan yang hadir
untuk meminta waktunya yang hanya sebentar. Aldi mengangguk, dan seorang
wartawan itu menjawab, “Makasih, Mas.”
Pertanyaan demi pertanyaan langsung
masuk ke bagian buku terbarunya. Aldi menjelaskan dengan terus menatap seorang
wartawan berambut klimis itu. Terlihat begitu rapih dengan mata yang
seakan-akan memiliki pancaran cahaya disana. Yakin sekali, sosok itu mendukung
lekuk senyumnya yang mengundang lewat wajahnya. “Berapa lama proses
pembuatannya, Mas?” tanya seorang wartawan itu lagi. Aldi mengangguk,
memamerkan buku puisi terbarunya ke hadapan wartawan yang hanya satu orang.
“Ini proses-nya cuman dua minggu saja. Tapi selebihnya, penerbit yang
memberikan waktu kapan buku saya akan terbit.” Jawab Aldi kemudian.
Prestasi yang membanggakan bagi
Sastra Indonesia, Aldi selalu bertemu dengan orang-orang hebat diluar sana.
Seperti Seno Gumira Adjidarma. Cerpenis yang melalangbuana namanya lewat
kata-kata beserta alur ceritanya. Dan Penyair yang pernah Aldi temui. Hingga
nama Aldi masuk sebagai Penyair muda di Indonesia. Tak begitu disangka,
orang-orang banyak yang ingin tahu tentang Aldi. Seorang anak muda yang
menuliskan kata-katanya yang tak pernah orang lain pikirkan. Ide dari kepalanya
itu tak pernah Aldi pikirkan. Langsung menulisnya berupa kata-kata keluar bebas
mengarungi dunia Puisi-nya.
“Mengenai Mas Aldi yang sebagai
seorang Penyair Muda Indonesia. Bagi Mas sendiri seperti apa, tentang Mas
sebagai seorang Penyair Muda?” tanyanya lagi. Tinggal satu pertanyaan terakhir
lagi yang akan selesai. Diluar, ada dua wartawan lagi yang sedang menunggu. Dan
Aldi segera cepat-cepat menyelesaikan waktunya.
“Gimana, ya? Sebenarnya, sih, saya
nulis Puisi hingga diterbitin itu gak disangka aja orang banyak yang baca, dan
kalau sebagai Penyair Muda itu, diluar sana banyak Penyair yang lebih baik dari
saya. Yah… Mungkin itu bonus dari saya. Dan saya harus lebih produktif menulis
terus.” Wajah Aldi tersenyum kembali.
“Tertarik ingin buat Novel? Ataupun
Cerpen?” pertanyaan terakhir mulai tiba.
“Pengennya, sih, Novel. Tapi
menceritakan sosok seorang Penyair juga. Dan alur ceritanya itu akan saya
selipin puisi dari sosok yang dibuatnya. Kebetulan saya sebagai penulis puisi,
saya mau mempertahanin di dunia puisi saya dulu. Karenanya, ada puisi yang lain
juga yang ingin saya selesaikan untuk cadangan buku selanjutnya. Yah…
Mudah-mudahan puisi saya bisa diterima lagi dan dicintai lagi sama masyarakat
Indonesia sana. Setelah buku baru saya yang terbit.”
Ketika puas seorang Wartawan itu
berhasil mengulik buku terbaru Aldi. Sosok seorang wartawan itu bernama Wijaya.
Jabatan tangan pertanda selesai, Aldi memberikan satu buku padanya secara
gratis. Beserta tanda tangannya. “Terima kasih, Mas, karya ini akan saya
kenang.” Senyumnya lantas pergi meninggalkan ruangan belakang panggung.
Dua wartawan yang meminta waktunya,
segera Aldi selesaikan. Pertanyaan yang berbeda, namun masih sama dengan
keterkaitan oleh buku terbarunya. Dan sosok sebagai Penyair Muda di Indonesia.
_____
Wartawan
adalah sosok seorang pahlawan bagi Masyarakat. Tentu saja, seorang wartawan
atau yang disebut sebagai kuli tinta, atau seorang reporter TV yang sama-sama
menjalankan tugas Jurnalistik-nya, tak akan masuk nama Aldi di sebuah koran
Media Indonesia yang sedang dibacanya. Membaca sekilas rangkaian Talk Show di
Surabaya dan mengundang Aldi sebagai pembicara sekaligus membicarakan buku
barunya. “Acara itu ramai didatangkan
oleh penggemar karya seorang penyair muda yang baru lulus SMA ini. Berprestasi
yang tengah dijalankan, tentu belum merasa puas, dan terus ingin bersama puisi
sebagai kehidupan bagi mata masyarakat.”
Isi bagian berita yang dibacanya,
membuatnya tersenyum sendiri. Tanpa seorang wartawan juga, nama Aldi tidak akan
dicantum di sebuah berita koran. Atau dikenalnya di mata masyarakat mengenai
tentang dirinya. Tanpa wartawan, segala puisi yang dibuatnya juga tak akan
sampai ke mata masyarakat. Yang mengulik bagian-bagian puisi Aldi yang
ditulisnya.
Disamping bagian kanan, selepas
membaca artikel tentangnya, buku barunya terpajang disana. Senyum pun merekah
kembali di wajah Aldi yang terus begitu terkembang. Berkat bakatnya yang tanpa
disangka memilah sebuah kata-kata mampu membuatnya seperti ini. Juga bantuan
dari wartawan Media yang membesarkan namanya sendiri. Buku terbarunya dari
karya seorang Penyair Muda. Karya dari seorang yang umurnya masih belasan
tahun, namun bisa berada di bagian penulis maupun kritikus sastra profesional
di Indonesia. Dan namanya, mungkin akan dikenang saat Aldi meninggalkan dunia.
Meninggalkan puisi yang ditulisnya sebagai memory
kehidupan untuk orang-orang yang kagum dengannya bersama puisinya.
Koran itu mulai dilipat, membacanya
pun telah selesai. Menempuh pendidikan lanjutan sebagai guru sebisa mungkin
akan terus dijalankan sebagai seorang penulis puisi. Menulis sudah tidak bisa
dihilangkan, dan Aldi terus mempertahankan di dunia kepenulisannya. Sebuah buku
tulis kosong mulai dipandanginya. Dan bolpen hitam yang melingkari di bagian
jarinya. Diputarnya, lalu tangannya bergerak menulis puisi yang ditulisnya.
Puisi tentang seorang Wartawan.
Seorang Kuli Tinta punya hidup, atau jendela
mata mereka sendiri sebagai makanan hangat
untuk menatap sosok yang akan ditulisnya
dalam surat kabar esok terbit.
Pahlawan hidup, tanpa bisa makhluk berbentuk
menjatuhkan harga dirinya, atau mengoyahkan
bagian hatinya sendiri yang terus usaha
dihancurkan.
Tulisan cerpen ini, dalam rangkaian acara kompetisi yang diselenggarakan oleh @Econochannel dengan hastag lomba #GREAT3rdCOMPETITIONFEUNJ dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.