Powered By Blogger

Tuesday 24 November 2015

Air Mata Air Mata

                                                                
(Spesial Teacher’s Day)

Semua orang  yang hidup di dunia ini, pasti bisa menangis. Yang terkandung bagaimana mereka cara untuk mengeluarkan berbutir-butir air mata. Layaknya, mereka mempunyai air mata yang mereka keluarkan dengan alasan-alasan tertentu. Marah, sakit hati, bahagia, bahkan mengingat tentang sebuah kenangan. Seperti para guru-guru sekolah, yang terkadang menangis karena tingkah kelakukan murid-murid yang seolah-olah tak enak dipandang oleh mata. Lalu, tak jarang kalau ada murid yang berani melawan guru.
            Hidup memang perlu dengan guru, dialah orang yang lebih pengalaman. Maka itulah aku yang selalu hendak mempelajari atau mengambil dibalik pengalaman-pengalaman yang ada diatasku. Titik-titik air mata yang mereka keluarkan, begitu meratapi berbagai macam masalah yang dihadapi oleh guru. Seolah-olah mereka bingung untuk mencari jalan keluar untuk bisa bebas dari zona-zona yang tak nyaman.
            Atau, para murid-murid bisa berbicara dengan empat mata oleh guru bermacam akademik. Tak hanya guru BP yang bisa mengasihkan sebuah solusi, guru akademis pun bisa dengan semuanya. “Jika kelak aku akan menjadi seorang guru, bukan guru dalam berbagai pelajaran, melainkan guru yang menjalani jalannya waktu kehidupan”. Tulisan ini terlintas aku membicarakan itu, “Jika kelak aku akan menjadi seorang guru, bukan guru dalam berbagai pelajaran, melainkan guru yang menjalani jalannya waktu kehidupan.” Kalau boleh dijabarkan, guru yang menjalani kehidupan pun bisa kita bagi kepada yang lain. Masalah kita yang sulit kita hadapi, hikmah-hikmah pelajaran hidup, atau pengalaman-pengalaman macam lainnya. Itu guru.
            Menitihkan air mata dengan hati, tak segampang yang kita rasakan. Hati terkadang hanya berdiam, sulit untuk mengeluarkan air matanya. Bahagia, mungkin bisa dikeluarkan, walau hanya setetes dengan cairan yang sedikit. Marah dan sakit hati, ya itu pasti. Marah dengan siapa, dan sakit hati kepada siapa. Yang apapun berbagai macam tertentu menitihkan air mata. Lalu dengan setiap waktu beberapa butir manusia yang menitihkan air mata. Sering bertanya-tanya, “Apakah air mata itu bisa abis?” tak ada yang memberitahuku.
            Sekarang pun sebagai murid sekolah, kita merayakan hari guru PGRI. Deretan guru-guru akademis, berdiri menunggu murid yang menyalami tangannya, memberikan gift, atau bunga-bunga. Guru favorit, guru yang membuatmu kesal setengah mati, bahkan guru yang selalu datang terlambat ketika mengajar. Mereka memberikan bunga kepada mereka, mengucapkan sepatah kata. Para guru pun menitihkan air matanya, dengan lagu Himne Guru yang melantun oleh grup paduan suara dengan suara yang merdu.

            Murid-murid yang menangis bersama gurunya, berpelukan, dan saling meminta maaf satu sama lain. Tumpukkan bunga-bunga yang diberinya, guru mengeluarkan tawa ketika ia tak mampu membawa bunga-bunga yang diberikan kepadanya oleh murid. Dan saling berfoto untuk mendapatkan sebuah kenangan yang mungkin tak akan terulang kembali. Jika ada mesin waktu pun mungkin tak akan pernah ada jaringan mesin waktu itu.