Foto: Aflaha Rizal
Puisi: Aflaha Rizal
Butiran
terlempar beberapa bagian dari kantong plastik putih. Taburan-taburan
kecil-kecil dilempar pada kolam yang penuh sesak pada ikan-ikan memburu angkasa
cemerlang berjatuhan. Kesukaan mereka. Hidup dan nafas mereka, seperti cinta tak
hanya dimiliki manusia semata. Lintasan perahu kayu didayung membawa penumpang menjalani
putaran kolam yang amat lebar dan penuh ikan-ikan berhinggap disana.
kecil-kecil dilempar pada kolam yang penuh sesak pada ikan-ikan memburu angkasa
cemerlang berjatuhan. Kesukaan mereka. Hidup dan nafas mereka, seperti cinta tak
hanya dimiliki manusia semata. Lintasan perahu kayu didayung membawa penumpang menjalani
putaran kolam yang amat lebar dan penuh ikan-ikan berhinggap disana.
Kolam itu tak
pernah sedikit dan tak pernah pudar akan cintanya pada sesama binatang.
Sesuatu
tersembunyi tersimpan disana dan dikunci hingga kita tak pernah tahu isi
didalamnya. Pada kolam jernih dan dingin, menembus kulit salah satu kuncinya kenyamanan
ikan-ikan tersimpan sana. Lebih baik meratapi bersama kolam menaburkan beberapa
butiran makanan yang penuh makna hingga membuat ikan itu sehat.
Kolam dan cinta,
kepunyaan bentuk itu sendiri, hingga suatu waktu memutar kembali dan kembali
menjadi pagi mereka takkan pernah tidur. Rumah mereka dan kawan-kawan bersatu
tanpa terambil dengan jahil memindahkan satu insan ikan ke tempat lain.
Senyuman
pandangan mereka kian senang menaburkan makanan pada tangan-tangan melayang,
mata berbinar-binar dimiliki sang manusia kecil bentuk keberhasilan mengundang
cinta itu datang pada sosoknya. Bahkan ribuan cinta yang datang.