Powered By Blogger

Monday 20 June 2016

Kolam ItuPunya Cinta


Foto: Aflaha Rizal
Puisi: Aflaha Rizal




Butiran terlempar beberapa bagian dari kantong plastik putih. Taburan-taburan
kecil-kecil dilempar pada kolam yang penuh sesak pada ikan-ikan memburu angkasa
cemerlang berjatuhan. Kesukaan mereka. Hidup dan nafas mereka, seperti cinta tak
hanya dimiliki manusia semata. Lintasan perahu kayu didayung membawa penumpang menjalani
putaran kolam yang amat lebar dan penuh ikan-ikan berhinggap disana.

Kolam itu tak pernah sedikit dan tak pernah pudar akan cintanya pada sesama binatang.
Sesuatu tersembunyi tersimpan disana dan dikunci hingga kita tak pernah tahu isi didalamnya. Pada kolam jernih dan dingin, menembus kulit salah satu kuncinya kenyamanan ikan-ikan tersimpan sana. Lebih baik meratapi bersama kolam menaburkan beberapa butiran makanan yang penuh makna hingga membuat ikan itu sehat.

Kolam dan cinta, kepunyaan bentuk itu sendiri, hingga suatu waktu memutar kembali dan kembali menjadi pagi mereka takkan pernah tidur. Rumah mereka dan kawan-kawan bersatu tanpa terambil dengan jahil memindahkan satu insan ikan ke tempat lain.


Senyuman pandangan mereka kian senang menaburkan makanan pada tangan-tangan melayang, mata berbinar-binar dimiliki sang manusia kecil bentuk keberhasilan mengundang cinta itu datang pada sosoknya. Bahkan ribuan cinta yang datang. 

Friday 10 June 2016

Aku Mendengar Suara Pembicaraan Orang

Kereta berjalan dalam satu waktu, roda yang berbunyi melintasi
rel besi panas. Di dalam yang mempunyai keramaian manusia yang berbeda-
beda. Sosial yang berbeda, butiran senyuman-senyuman anak kecil yang terungkap.
Kukaitkan tangan ini pada gantungan dalam kereta.
Tak sengaja dan tak sengaja, aku begitu sendiri.
Tujuan yang entah membawaku kemana, tak ada paku untuk menancap
kemana tujuanku.
Kereta membawa, aku sendiri. Tanpa tujuan, tanpa arah
mengikuti kereta entah kemana. Melekatnya jiwanya nama sosok,
melekatnya jiwa sesuatu yang terpendam, hanya bisa diam.
Ketika tak ada yang menghibur dalam setiap wajah manusia,
mereka semua memilih kepentingannya masing-masing.

Aku begitu sendiri.


“Sekarang, lebih banyak buku di jual online. Toko buku itu mulai bangkrut.”
Kata seorang itu. Di belakang, mendengar dari telinga, berdiri tegap berpegangan
pada kaitan dalam kereta. Dua orang berbadan tambun, membicarakan buku. Seorang
pembaca, maupun seorang penulis. Telinga ini terus mendengar, pembicaraan yang
sedikit membuatku tertarik. Tanpa mengetahui, lalu seperti bukan sosok siapa-siapa.
Tujuan, yang datang padaku. Aku mulai bergegas mencari buku.